Ini hanyalah sepenggal cerita tentang perjalanan kami (komunitas pengajian emak-emak "Tombo Ati"). Di zaman sekarang terkenal dengan wisata ziarah. Dari Yogyakarta- Kudus-Demak dengan rute dan hari yang sama. Wisata ziarah yang kami lakukan adalah ziarah para Wali Songo. Wali Songo dibagi beberapa periode di pulau Jawa. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas dan memberikan informasi tentang tempat wisata ziarah yang kami kunjungi.
Saya dan rombongan berangkat hari Senin, 28 Januari 2019 jam 8 pagi. Akhirnya tiba di tujuan jam 4 sore, wow lama juga, ya. Sebenarnya estimasi perjalanan sampai ke Kudus 4-5 jam tanpa berhenti dan macet. Namanya emak-emak ya pasti ada sesuatu hal di perjalanan, berhenti untuk sarapan dan makan siang, sholat dan butuh juga ke toilet hehhehe.
Simak cerita perjalanannya satu persatu, yuk.
1. Makam Sunan Kudus
Setibanya di Kudus, kami langsung ke Makam Sunan Kudus yang berlokasi di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kudus, Jawa Tengah. Eitsss, ambil foto dulu sebelum masuk biasa dengan gayanya emak-emak yang narsis lah. Kami masuk dan mengisi buku tamu serta memberikan sumbangan seikhlasnya. Sesampainya di cungkup, saya takjub dengan makam-makam yang ada disini. Makamnya gede-gede, dengan batu nisan yang cukup kokoh dan indah. Sayang, kami tidak mengambil foto di dalam cungkup.
Oh ya, makam ini adalah makam salah satu Wali Songo yang berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa, yaitu Sunan Kudus. Beliau adalah Aali Songo periode II, nama aslinya adalah Sayyid Ja'far Shodiq. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang sangat besar dalam pemerintahan Kasultanan Demak. Beliau, dimitoskan sebagai seorang tokoh yang terkenal dengan seribu satu kisah tentang kesaktiannya. Hingga akhirnya beliau mendirikan kota Kudus, itu sebabnya diberi gelar Sunan Kudus. Kudus, yaitu al-Quds (Baitul Mukadis) adalah nama yang diberikan kepada tempat itu waktu dinyatakan sebagai "tempat suci" oleh Sunan Kudus.
Sebelum masuk ke makam, kamu akan menjumpai masjid yang terkenal di Kudus yaitu Masjid Menara Kudus. Nama masjid ini sebenaranya Al-Aqsa, masyarakat mengenalnya dengan Masjid Menara Kudus. Dimana masjid ini dibangun oleh Sunan Kudus untuk berdakwah dan menyiarkan agama Islam. Pemerintah Indonesia telah menyematkan dokumentasi gambar masjid ini di belakang uang kertas pecahan Rp 5.000,- tahun 1986 sebagai peninggalan sejarah Indonesia yang perlu dilestarikan. Nah, sudah sepatutnya kamu juga ikut melestarikan budaya Indonesia dengan berkunjung kesini, ya. Setelah masuk ke makam, terlihat banyak orang berziarah. Mereka membaca dzikir, ayat-ayat Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala. Rombongan saya pun juga melakukannya. Hanya sekitar 1,5 jam kami berada di Kudus dan melanjutkan perjalanan ke Kadilangu, Demak.
Oh ya, makam ini adalah makam salah satu Wali Songo yang berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa, yaitu Sunan Kudus. Beliau adalah Aali Songo periode II, nama aslinya adalah Sayyid Ja'far Shodiq. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang sangat besar dalam pemerintahan Kasultanan Demak. Beliau, dimitoskan sebagai seorang tokoh yang terkenal dengan seribu satu kisah tentang kesaktiannya. Hingga akhirnya beliau mendirikan kota Kudus, itu sebabnya diberi gelar Sunan Kudus. Kudus, yaitu al-Quds (Baitul Mukadis) adalah nama yang diberikan kepada tempat itu waktu dinyatakan sebagai "tempat suci" oleh Sunan Kudus.
Sebelum masuk ke makam, kamu akan menjumpai masjid yang terkenal di Kudus yaitu Masjid Menara Kudus. Nama masjid ini sebenaranya Al-Aqsa, masyarakat mengenalnya dengan Masjid Menara Kudus. Dimana masjid ini dibangun oleh Sunan Kudus untuk berdakwah dan menyiarkan agama Islam. Pemerintah Indonesia telah menyematkan dokumentasi gambar masjid ini di belakang uang kertas pecahan Rp 5.000,- tahun 1986 sebagai peninggalan sejarah Indonesia yang perlu dilestarikan. Nah, sudah sepatutnya kamu juga ikut melestarikan budaya Indonesia dengan berkunjung kesini, ya. Setelah masuk ke makam, terlihat banyak orang berziarah. Mereka membaca dzikir, ayat-ayat Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala. Rombongan saya pun juga melakukannya. Hanya sekitar 1,5 jam kami berada di Kudus dan melanjutkan perjalanan ke Kadilangu, Demak.
2. Makam Sunan Kalijaga
Jarak perjalanan dari Kudus ke Kadilangu sekitar 1 jam. Jadi kami tiba sudah hampir malam. Sayang untuk pengambilan fotonya tidak begitu jelas karena malam, ya. Begitu sampai di halaman masjid Sunan Kalijaga Kadilangu, kami langsung masuk ke makam melalui lorong berlantai keramik di samping kanan masjid. Di sepanjang lorong yang beratap rapi ini banyak dijumpai kios pedagang yang menjual souvenir serta oleh-oleh makanan khas Demak.
Setiba di pintu masuk cungkup, ada tempat penitipan sepatu/sandal dan para penziarah bisa memberikan uang dengan sukarela. Nah, ketika masuk kamu harus mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan serelanya juga. Seperti hal yang dilakukan sebagai peziarah, kami duduk bersila dan dengan khusyuk membaca zikir serta berdoa di dekat cungkup Sunan Kalijaga. Pilar cungkup makam dilapisi keramik dengan ornamen limasan atas bawah. Dinding diantara pilar dihiasi ukiran dan kaligrafi. Jendela ukirnya dilapis dengan teralis besi untuk pengaman. Sungguh makam yang istimewa.
Sekilas asal-usul Sunan Kalijaga bahwa beliau adalah putra Bupati Tuban, menggantikan Syekh Subakir yang pulang ke Persia (Wali Songo periode I). Sunan Kalijaga masuk kedalam Wali Songo periode III. Nama aslinya Raden Mas Sahid atau Raden Setya. Lalu, diberi gelar Sunan Kalijaga karena selama berdakwah di pulau Jawa beliau tinggal di Desa Kalijaga, sekitar 2,5 km di sebelah Cirebon. Dalam berdakwah Sunan Kalijaga selalu menyesuaikan dengan adat masyarakat Jawa, antara lain wayang, gending, gamelan, tembang, pakaian dan sebagainya. Beliau berpengetahuan sangat luas dalam kesenian dan kebudayaan Jawa.
Setiba di pintu masuk cungkup, ada tempat penitipan sepatu/sandal dan para penziarah bisa memberikan uang dengan sukarela. Nah, ketika masuk kamu harus mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan serelanya juga. Seperti hal yang dilakukan sebagai peziarah, kami duduk bersila dan dengan khusyuk membaca zikir serta berdoa di dekat cungkup Sunan Kalijaga. Pilar cungkup makam dilapisi keramik dengan ornamen limasan atas bawah. Dinding diantara pilar dihiasi ukiran dan kaligrafi. Jendela ukirnya dilapis dengan teralis besi untuk pengaman. Sungguh makam yang istimewa.
Sekilas asal-usul Sunan Kalijaga bahwa beliau adalah putra Bupati Tuban, menggantikan Syekh Subakir yang pulang ke Persia (Wali Songo periode I). Sunan Kalijaga masuk kedalam Wali Songo periode III. Nama aslinya Raden Mas Sahid atau Raden Setya. Lalu, diberi gelar Sunan Kalijaga karena selama berdakwah di pulau Jawa beliau tinggal di Desa Kalijaga, sekitar 2,5 km di sebelah Cirebon. Dalam berdakwah Sunan Kalijaga selalu menyesuaikan dengan adat masyarakat Jawa, antara lain wayang, gending, gamelan, tembang, pakaian dan sebagainya. Beliau berpengetahuan sangat luas dalam kesenian dan kebudayaan Jawa.
Setelah 1 jam di Kadilangu, kami meneruskan perjalanan yang terakhir yaitu makam Sultan Raden Fatah di Kampung Kauman, Bintoro, Demak. Wisata ziarah di Demak selalu ramai karena Demak terkenal dengan sebutan kota Wali. Makam Raden Fatah berada di dalam komplek Masjid Agung Demak. Kami masuk ke makam dengan mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan seikhlasnya.
Selain Raden Patah, di area pemakaman ini terdapat pula makam Raja Demak II Raden Pati Unus dan Raja Demak III Raden Trenggono. Untuk makam Raja Demak I dan II berada di luar cungkup, sedangkan Raja Demak III berada di dalam cungkup. Raja Fatah lahir pada tahun 1455M di Palembang dan meninggal pada tahun 1518M di Demak. Nama aslinya Raden Fatah adalah Raden Hasan. Beliau di makamkam di satu lokasi dengan Masjid Agung Demak. Sehingga banyak orang yang berwisata ke Masjid Agung Demak sudah pasti mampir ke makam Raden Fatah untuk berziarah.
Raden Fatah adalah Wali Songo periode IV, menggantikan Maulana Ahmad Jumadil Kubro yang wafat di Terboyo, Semarang (Wali Songo periode I), sekaligus sebagai pendiri Masjid Agung Demak. Masjid ini adalah salah satu masjid tertua diantara masjid-masjid yang ada di tanah Jawa, karena didirikan sekitar abad ke-15 Masehi. Kalau di hitung usia Masjid Agung Demak sekitar 618 tahun. Masjid ini dipercayai menjadi tempat berkumpul para wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Di depan masjid terdapat alun-alun yang sangat luas dan dua pohon beringin. Ini menjadi tradisi zaman dahulu para Wali Songo jika membangun masjid besar pasti di depannya terdapat alun-alun dan dua pohon beringin. Di tempat ini juga terdapat Museum Masjid Demak untuk menyimpan berbagai peninggalan bersejarah Kerajaan Demak. Dan akhirnya pun waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, kunjungan ziarah ke tempat ini selesai. Waktunya kembali pulang ke Yogya.
Selain Raden Patah, di area pemakaman ini terdapat pula makam Raja Demak II Raden Pati Unus dan Raja Demak III Raden Trenggono. Untuk makam Raja Demak I dan II berada di luar cungkup, sedangkan Raja Demak III berada di dalam cungkup. Raja Fatah lahir pada tahun 1455M di Palembang dan meninggal pada tahun 1518M di Demak. Nama aslinya Raden Fatah adalah Raden Hasan. Beliau di makamkam di satu lokasi dengan Masjid Agung Demak. Sehingga banyak orang yang berwisata ke Masjid Agung Demak sudah pasti mampir ke makam Raden Fatah untuk berziarah.
Raden Fatah adalah Wali Songo periode IV, menggantikan Maulana Ahmad Jumadil Kubro yang wafat di Terboyo, Semarang (Wali Songo periode I), sekaligus sebagai pendiri Masjid Agung Demak. Masjid ini adalah salah satu masjid tertua diantara masjid-masjid yang ada di tanah Jawa, karena didirikan sekitar abad ke-15 Masehi. Kalau di hitung usia Masjid Agung Demak sekitar 618 tahun. Masjid ini dipercayai menjadi tempat berkumpul para wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Di depan masjid terdapat alun-alun yang sangat luas dan dua pohon beringin. Ini menjadi tradisi zaman dahulu para Wali Songo jika membangun masjid besar pasti di depannya terdapat alun-alun dan dua pohon beringin. Di tempat ini juga terdapat Museum Masjid Demak untuk menyimpan berbagai peninggalan bersejarah Kerajaan Demak. Dan akhirnya pun waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, kunjungan ziarah ke tempat ini selesai. Waktunya kembali pulang ke Yogya.
Senangnya, melakukan wisata ziarah yang penuh dengan hikmah dan pembelajaran sejarah. Jadi tahu tentang perjuangan para Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Sungguh, ini bagus untuk cermin kehidupan di masa sekarang hingga kelak. Tapi ingat, jangan berziarah dengan tujuan bid'ah atau syirik. Lakukan ziarah dengan tujuan karena untuk menggapai ridha Allah Subhanahu Wa ta'ala. Masih tersisa makam Wali Songo lainnya yang belum kami kunjungi. Insha Allah, jika diberi kesempatan dan kesehatan bisa dilakukan di kemudian hari.
Salaam
#SETIP
Salaam
#SETIP
#SemingguTigaPostingan
#estrilookchallenge
#estrilokcommunity
#dayone
Seumur-umur saya belum pernah lho mbak ziarah bareng rombongan begini. Kayaknya kok seru ya..
BalasHapusIya..seru mb..Saya juga baru pertama. Ternyata asyik,
HapusMbak, saya kalau pas ziarah wali gini, sukanya sambil membayangkan jaman para wali dulu. Betapa telatennya mereka kepada para jamaahnya
BalasHapusIya mb..mereka sabar mengajarkan ilmu agama.
HapusJujur Mbak, saya agak ragu kalau ziarah ke makam-makan ini, khawatir syirik, makanya nggak minat kalau ditawari ziarah. Tapi sebenarnya yang bisa kita ambil hikmahnya adalah perjuangan mereka menyebarkan agama Nya.. Insya Allah ada manfaat yang diambil.
BalasHapusBetul mb..manusia pasti ada yang khilaf ya. Walaupun keinginannya mencari ridho Allah, tapi pasti ada aja yang syirik
HapusSaya belum pernah ke sana. Next tempat ini mungkin bisa jadi rekomendasi heheh
BalasHapusIya mb..sebenarnya masih ada 1 makam wali di daerah sana..Sunan Muria dekat Gunung Muria. Kami belum kesana
Hapussaya terakhir ziarah waktu umroh ke Raudhoh, duh itu merinding banget. Kerasa kangennya sama Rasulullah, kebayang sih perjalanan jauh dari jakarta ke madinnah, pengen bikin balik lagi ~
BalasHapusWaktu ziarah ke makam2 wali tersebut, saya juga sempat membayangkan makamnya Rasulullah mb..pasti lebih berasa takjub, ada rasa nyaman.
Hapussaya sudah pernah ke sini dulu waktu kecil, Mbak, hehe. Sekarang belum pernah lagi...
BalasHapusKalau berniat kesana lagi..insha Allah , Allah akan mengabulkan .Amiin
HapusSaya belum pernah Wisata religi kayak gini. Inget alm. Nenek yang pernah cerita mengunjungi makam para wali.
BalasHapusSemoga alm. Nenek berada di surganya Allah. Aamiin.
HapusSaya belum pernah ikutan ziarah seperti ini tapi ngeliat tulisan mbak ini jadi pengen juga kelihatannya seru bareng rombongan gitu
BalasHapusSemoga nanti punya rezeki berlebih jadi tidak hanya ziarah ke makam wali tapi ziarah juga ke makam Rasulullah
Aamiin..
HapusIya mb..akan lebih seru dan takjub juga.
waaaa seru banget mbaaa, lewat tol baru berarti ya mb?
BalasHapusIya mb Inna, seru.
HapusBetul lewat tol
Saya beum pernah Ziarah ke makam para Wali. btw ini sudah bulan mau ramadhan, biasanya memang ada tradisi ziarah ke kubur para Wali ya.
BalasHapusBiasanya iya mb..
HapusTapi kami cari hari pas selo...menghindari keramaian
Saya baru di Tuban yang pernah. Hehe
BalasHapusMakam Sunan Bonang ya mb? Atau lainnya?
HapusWah..kebayang senangnya bisa melakukan wisata ziarah. Saya juga senang Mbak, banyak hikmah yang didapat, nggak hanya sekedar jalan2 biasa👍
BalasHapusWah baru tau ada yang namanya wisata ziarah. Seru ya mbak bisa wisata langsung ke makam tiga wali, rombongan lagi😊
BalasHapusBelum pernah ke Demak & Kudus, tapi suka banget sama dodol Kudus ☺
BalasHapusDiantara Wali Songo saya paling suka sama Sunan Kalijaga, entah kenapa.
Belum pernah ziarah kesini mbak, semoga bisa kesini Napak tilas para wali
BalasHapusSudah pernah ziarah ke 9 wali, tapi waktu kecil dulu (kelas 5 SD) ikut ortu darmawisata.
BalasHapusSekarang pinginnya bisa ziarah ke makam Nabi Muhammad... Mudahkan hamba, Ya Allah...
Ziarah wali udah jadi agenda rutin ibu2 pengajian di tempat saya. Biasanya sih ke Wali Limo alias para wali yg dimakamkan di Jatim saja.
BalasHapusTapi saya belum pernah ikut, sih. Selalu terkendala sesuatu.
Dan sekarang masih punya krucil yg ga bisa ditinggal pergi jauh. Insya Allah suatu hari pengen juga sih ziarah wali
MasyaAllah di tempat saya ziarah ke makam wali semacam kewajiban
BalasHapusSaya jadi ingat beberapa waktu yg lalu ada tetangga bela2in padahal hamil tua buat ikut
MasyaAllah ternyata emang bagus y Mb
Saya sendiri jujur aj belum pernah
Semoga suatu saat bisa ke sana sama suami dan anak
Alhamdulillah saya sudah pernah ketiga tempat yang kunnungi. Bisa jadi cara untyk meningkatkan taqwa kita pada Allah dgn mngunjungi tempat-tempat wali penyebar agama Islam. Keren mb, thx yaa infonya.
BalasHapus